Sekolah dan Bank
sebagai Agent of change
Budaya Menabung Remaja
Oleh : Christian Siantar
Di
zaman serba maju di era globalisasi ini tidak jarang kita dapati, gaya hidup
remaja yang tidak bijaksana dalam menggunakan uang dengan cenderung hidup boros.
Realita yang sering terjadi adalah remaja
sudah memiliki hand phone dengan
fitur yang menarik seperti : MP3,MP4, WiFi dan lain-lain tetapi mereka mengantinya
dengan smart phone seperti Blackberry
dan Android, dengan membeli produk-produk tehnologi terbaru, mereka beralasan
supaya tidak dikatakan ndeso. Begitu
juga dalam hal mencari tempat makan yang mewah dan ternama dengan menu-menu
yang berasal dari luar negeri seperti : KFC, AW, dan Mc Donald. Remaja tertarik mencari tempat
nongkrong kafe-kafe yang diperlengkapi
dengan fasilitas WiFi dan musik disko untuk membuat para remaja untuk
mengunjunginya, seperti : Carefour, Gama kafe, sekitar daerah JT ( Jogging
Track ). Ketika ditanya “Mengapa memilih KFC? Carefour? “ jawaban dari para
remaja hanya singkat yaitu untuk mengikuti perkembangan zaman dan agar mendapat
predikat anak gaul . Dari dua contoh realitas
di atas remaja masakini membawa konsekuensi besarnya pengeluaran sehingga
menimbulkan pemborosan.
Jika
dihadapkan pada masa depan remaja, masih banyak biaya yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan masa depan seperti dalam studi kuliah, membuka usaha, dan lain-lain.
Pertanyaan yang dimunculkan, darimanakah bisa kita peroleh biaya untuk dapat
memenuhi kebutuhan masa depan yang begitu banyak?. Perlunya memiiliki pola
pikir yang cerdas dan bijaksana dalam
mengatur keuangan dengan memiliki gaya hidup hemat.
Budaya Menabung
Budaya
menabung ini sebenarnya sudah ada sejak dahulu tetapi seiring perkembangan
zaman budaya ini mulai dilupakan. Tetapi berdasarkan realita di atas masih
mampukah kita melangkah menuju masa depan tanpa menabung? Dari pertanyaan
tersebut pasti kita akan menjawab bahwa menabung itu menjadi penting dan perlu
dijadikan gaya hidup dalam rangka memajukan diri kita menuju masa depan kita.
Hal yang akan membuat kita menabung adalah dengan meyakinkan diri kita dengan
menjadikan menabung menjadi lifestyle kita sebagai remaja masakini dan dengan
menabung tu membuat kita siap menghadapi kebutuhan hidup masa depan.
Dari
angket yang disebarkan didapatkan hasil :
Dalam hasil angket diperoleh data 99%
remaja setuju budaya menabung itu dimiliki oleh remaja. Sekitar 83% remaja
mengetahui bahwa menabung memiliki manfaat bagi hidup mereka dalam memenuhi
kabutuhan hidup masa depan. Remaja setuju bahwa menabung perlu dibudayakan 92%, Tapi hasil ini berkebalikan dengan
realita bahawa remaja berpendapat setuju bahwa menabung sudah menjadi gaya
hidup 55%. maka perlu dibiasakan sikap menabung sehingga akan menjadi gemar
menabung, dan akhirnya menjadi gaya
hidup mereka.
Kolaborasi Sekolah dan
Bank membudayakan menabung
Dalam menciptakan gaya hidup menabung diperlukan pihak-pihak terkait,
yaitu pihak bank dan sekolah. Pihak
sekolah dan bank secara tidak langsung berperan sebagai Agent of change dalam diri remaja untuk menabung. Sekolah
menyampaikannya materi menabung dan mendidik siswa memiliki pola hidup hemat
dengan menabung bisa dimulai dengan penerapan dalam mata pelajaran di sekolah
seperti ekonomi yaitu pemberdayaan fungsi koperasi sekolah yang mengajarkan
anak untuk lebih mandiri dan lebih matang dalam konsep pengeluaran uang bagi
pemenuhan hidupnya, ada juga manajemen yang mengajarkan hidup kita agar tertata
lebih rapi yaitu dengan mengatur pengeluaran. Sedangkan pada pihak bank secara
aktifnya mempromosikan program-program tabungan bagi pelajar, bergerak dan
bertindak lebih aktif dan dinamis. Jika di jalan terdapat puskesmas keliling,
perpustakaan keliling, pelayanan SIM keliling, pembayaran pajak kendaran
keliling, penjual makanan dan minuman keliling demi mendapatkan konsumen. Bank diharapkan
mendekatkan diri secara terbuka untuk menarik nasabah-nasabah muda yang kelak
akan menjadi generasi emas bangsa. Pembukaan rekening nasabah remaja dipermudah
dan praktis, dimulai dengan setoran awal untuk pembukaan rekening dengan jumlah
minimal yang ditentukan bank, dengan melengkapi formulir pembukaan tabungan
yang form pengisiaanya sederhana
dengan lampiran kartu pelajar, serta bebas biaya administrasi.
Adanya
dukungan sekolah dan kemudahan menabung di bank, akan membuat remaja memiliki
minat terhadap menabung. Pada akhirnya tercipta budaya menabung di kalangan
remaja, sehingga manfaatnya dapat dirasakan remaja di masa depannya.
Penulis adalah siswa kelas XII IPS SMA
Taruna Nusa Harapan